Tumbuhan obat berpotensi imunomodulator di suku anak dalam bendar bengkulu
Abstract
Infeksi merupakan penyakit pembunuh kedua setelah kardiovaskular yang disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, cacing, dan jamur parasitik yang masuk ke dalam atau permukaan tubuh, sehingga hal inilah yang menjadi alasan pentingnya keberadaan imun di dalam tubuh. Bahan yang dapat memodulasi sistem imun tubuh dikenal dengan imunomodulator. Umumnya masyarakat menggunakan obat sintetis untuk mengembalikan ketidakseimbangan imun, namun penggunaan dalam jangka panjang dampak berdampak buruk bagi tubuh, seperti kerusakan ginjal, hati, dan lainnya. oleh karena itu, salah satu solusi yang diberikan dengan menggunakan tumbuhan obat seperti yang masih dipertahankan oleh Suku Anak Dalam Bendar Bengkulu. Namun, keberadaan tumbuhan ini masih belum didata, sehingga perlu dilakukan tindak lanjut agar dapat diketahui oleh masyarakat umum. Metode yang digunakan adalah eksplorasi yang dimulai dari observasi, wawancara dengan kepala suku serta masyarakat sekitar, dan dokumentasi serta identifikasi dengan menggunakan beberapa referensi yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 40 jenis tumbuhan obat berpotensi imunomodulator.
Kata kunci: Imunomodulator, suku anak dalam bendar bengkulu, tumbuhan obat
Â
The immunomodulator of plant medicine on suku anak dalam bendar bengkulu. Infection is the second most deadly disease after cardiovascular caused by viruses, bacteria, protozoa, worms and parasite fungi that come inside or surface of the body. It may cause the urgency of immune system in the body. The substance which can modulate immune system is called immunomodulator. Generally people use synthetic medicine to restore immunity damage. However, the long-term use may negatively affect the body, such as causing kidney, heart and other organs damage. Therefore, one of the solutions is by applying medicinal plants like was done by Suku Anak Dalam Bendar Bengkulu. However, the existence of the plants has not recorded yet. Therefore, it needs a further action to inform larger people. The method of the research was through exploration by doing some techniques, such as, observation, interview to the chief of the tribe and surrounding people, and documentation as well as identification by using some relevant references. The result presents there are 40 plant species which are potentially as immunomodulator.
Keywords: Imunomodulator, suku anak dalam bendar bengkulu, medicinal plants
Full Text:
PDFReferences
Auliani, A., Fitmawati, & Sofiyanti, N. (2014). Studi etnobotani famili zingiberaceae dalam kehidupan masyarakat lokal di kecamatan siak hulu, kabupaten kampar. Jurnal JOM FMIPA, 1(2), 526-533. https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFMIPA/article/view/3987
Gunadi, D., Oramahi, H.A., & Tavita, G.E. (2017). Studi tumbuhan obat pada etnis dayak di desa geranting kecamatan monterado kabupaten bengkayang. Jurnal Hutan Lestari, 5(2), 425-436. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfkh/article/view/20089
Hartanto, S., Fitmawati, & Sofiyanti, N. (2014). Studi etnobotani famili zingiberaceae dalam kehidupan masyarakat lokal di kecamatan pangan kabupaten kuantan singingi riau. Jurnal of Biology & Biology Education, 6(2), 122-132. DOI: 10.15294/biosaintifika.v6i2.3105
Harmida., Sarno, & Yuni, V.F. (2011). Studi etnoï¬tomedika di desa lawang agung kecamatan mulak ulu kabupaten lahat sumatera selatan. jurusan biologi fmipa, universitas sriwijaya, sumatera selatan. Jurnal Penelitian Sains, 14(1), 42-46. http://ejurnal.mipa.unsri.ac.id/index.php/jps/article/view/126
Hidayat, D., & Hardiansyah, G. (2012). Studi keanekaragaman jenis tumbuhan obat di kawasan iuphhk pt. sari bumi kusuma camp tontang kabupaten sintang. Journal Biology Science, 8(2), 61-68. http://repository.polnep.ac.id/xmlui/handle/123456789/75
Jalius, & Muswita. (2013). Eksplorasi pengetahuan lokal tentang tumbuhan obat di suku batin jambi. Biospesies. 6(1), 28-37. https://online-journal.unja.ac.id/index.php/biospecies/article/view/688
Jauhari, Arislan, S., Indratno, & Diana, S. (2012). Jejak peradaban suku anak dalam. Bangko: Lembaga Swadaya Masyarakat Kelompok Suku Anak Dalam. Jambi: Lembaga Swadaya Masyarakat, Kelompok Peduli Suku Anak Dalam (LSM Kopsad),
Joyce, B., & Swain. (2008). Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Kartika, T. (2015). Inventarisasi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat di desa tanjung baru petai kecamatan tanjung batu kabupaten ogan ilir (oi) provinsi sumatera selatan. Sainmatika, 12(1). https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/sainmatika/article/view/436
Kaunang, N.E., & Semuel, M.Y. (2017). Botanical and phytochemical constituents of veral medicinal plants from mount klabat north minahasa. Jurnal of Medicinal Plants Studies, 5(2), 29-35 http://www.plantsjournal.com/archives/2017/vol5issue2/PartA/5-1-68-348.pdf
Kayser, O., Masihi, K.N., & Kiderlen, F.K. (2003). Natural products and synthetic compounds as immunomodulators. Journal Expret Rev Anti-infect Ther, 1(2), 31-35. DOI: 10.1586/14787210.1.2.319
Kinho. (2011). Tumbuhan obat tradisional di sulawesi utara jilid II. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado
Masihi, K.N. (2001). Fighting infection using immunomodulatory agents. Journal Exp Opin Biol Ther, 1(4), 64-73. DOI: 10.1517/14712598.1.4.641
Mahendra, B. (2006). 13 jenis tanaman obat ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya.
Novianti. (2014). Kajian etnofarmakognosi dan etnofarmakologi penggunaan tumbuhan obat di desa cisangkal kecamatan cihurip kabupaten garut. Farmako Bahari, 5(2), 1-19. https://fmipa.uniga.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/
Oematan. (2015). Pengaruh perbedaan suhu dan waktu ekstraksi terhadap kandungan tanin pada ekstrak daun jambu mete (anacurdium occidentale). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(2), 1-12. http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/2081
Pranata, S. (2014). Herbal toga (tanaman obat keluarga). Yogyakarta: Aksara Sukses.
Rohyani, I.S., Aryanti, E., & Suripto. (2015). Kandungan fitokimia beberapa jenis tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat di pulau lombok. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(1), 388-391. DOI: 10.13057/psnmbi/m010237
Setyowati, F.M. (2010). Etnofarmakologi dan pemakaian tanaman obat suku dayak tunjung di kalimantan timur. Jurnal Media Litbang Kesehatan, 20(3), 104-112 https://media.neliti.com/media/publications/153674-ID-etnofarmakologi-dan-pemakaian-tanaman-ob.pdf
Steenis, C.G.G.J.V. (2013). Flora untuk sekolah di indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r & d. Bandung: Alfabeta.
Tjitrosoepomo. (2009). Morfologi tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Washika. (2016). Tumbuhan zingibereaceae sebagai obat-obatan. Jurmal Serambi Saintia, 4(1), 35-43. http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/serambi-saintia/article/viewFile/114/111
Wicaksono. (2015). Pengaruh karagenan dan lama perebusan daun sirsak terhadap mutu dan karakteristik jelly drink daun sirsak. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(1), 281-291. https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/134
World Health Organization. (2004). The global burden of disease: 2004 update. Switzerland.
DOI: https://doi.org/10.31932/jpbio.v5i1.591
Article Metrics
Abstract view : 1563 timesPDF - 2131 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.